Sunday, January 19, 2014

TUGAS 2 - Etika Profesi Akuntansi



Pengukuhan Prof Indra Wijaya : Mengadopsi IFRS berkarakteristik Indonesia

Pengadopsian Internasional Financial Reporting Standards (IFRS) dibanyak negara, mengikuti pola yang berbeda tanpa memperlihatkan apakah negara tersebut mengikuti Code Law atau Anglo-Saxon Accounting. Untuk negara tertentu, seperti Inggris pengaruh IFRS tidak terlalu besar, namun untuk negara lain, akan terjadi perubahan yang sangat besar.
Demikian disampaikan Prof Dr Indra Wijaya Kusuma MBA Akt saat mengucap pidato pengukuhan sebagai Guru Besar Fakultas Ekonomi UGM, Senin, (21/5), di Balai Senat UGM. Dirinya menyampaikan orasi berjudul “Pengapdosian International Financial Reporting Standards: Implikasi Untuk Indonesia”.
Untuk Indonesia mengadopsi secara penuh seperti Australia sangat tidak mungkin. Menurutnya, adopsi jika hanya untuk yang cross-border listing saja tentu mengakibatkan tidak komparabelnya perusahaan Indonesia yang cross-border listing dengan yang domestik.
“Adopsi yang mungkin adalah adopsi model ketiga yang dapat diakui dunia internasional, namun mempunyai karakteristik yang cocok dengan kita. Kata kuncinya disini adalah taylor-made namun memenuhi kebutuhan internasional serta dapat melepaskan diri dari tekanan dunia internasional,” ujar Prof Indra Wijaya, Dosen FE UGM.
Prof Indra menambahkan, pengapdosian IFRS mestinya diikuti pula dengan pengapdosian standar pengauditan internasional. Standar pelaporan keuangan perusahaan tidak akan mendapatkan pengakuan tinggi, bila standar yang digunakan untuk pengauditan masih standar lokal.
“Internasional Standards on Auditing (ISA) merupakan standar auditing internasional yang juga harus diadopsi agar kualitas pelaporan keuangan berstandars internasional sekaligus mendapat pengakuan,” tambah pria kelahiran Jakarta 20 November 1963 ini.
Koordinator Akademik Program Magister Akuntansi Terapan UGM menegaskan, terdapat dua hal penting. Pertama adanya kesadaran akuntan untuk berperilaku professional dan menjunjung tinggi etika profesi. Semakin pandai seorang akuntan, semakin berbahaya bila tidak memiliki rambu etika yang jelas.
“Skandal akuntansi seperti Enron, Xerox, Merck dapat terjadi bila akuntan kehilangan kesadaran untuk berperilaku profesional dan menjunjung tinggi etika profesi akuntan,” tegas Indra Wijaya.
Kedua, kata Indra, adanya regulator yang memiliki kekuatan untuk memaksa semua perusahaan dan akuntan untuk memenuhi aturan. Tanpa itu, standar apapun hanyalah akan menjadi dokumen yang tidak akan mencapai tujuan yang diinginkan.
“Mengambil pendapat Brown dan Tarca (2005), bahwa keduanya telah mengingatkan meski manfaat pengadopsian IFRS secara teoritis sudah jelas untuk meningkatkan kualitas dan daya banding pelaporan keuangan, namun tujuan ini tidak akan tercapai tanpa regulatory oversight yang ketat,” tandas suami Dr Erni Ekawati MBA MSA Akt, ayah Olivia Ekawati Kusuma. (Humas UGM).

sumber: http://www.ugm.ac.id/id/post/page?id=772

No comments:

Post a Comment